Semarang – 12 April 2025 Balairung Universitas PGRI Semarang dipenuhi semangat kebersamaan dan harapan pada Sabtu pagi, dalam perhelatan Halalbihalal 1446 H yang digelar oleh PGRI Provinsi Jawa Tengah. Dengan tema “Menguatkan Silaturahmi, Meneguhkan Harmoni”, acara ini menjadi ajang refleksi dan penguatan solidaritas antar guru, pengurus organisasi, serta pemangku kepentingan pendidikan.
Ketua Umum PB PGRI, Prof. Unifah Rosyidi, M.Pd., hadir langsung dari Palembang untuk memberikan sambutan hangat yang sarat makna. Dalam gaya khasnya yang spontan dan akrab, Prof. Unifah menyapa satu per satu perwakilan dari 35 kabupaten/kota se-Jawa Tengah yang hadir.
“Saya bahagia bisa hadir langsung. Setelah sekian lama absen, hari ini saya bisa lapor kepada Pak Sekda, bahwa PGRI Jawa Tengah bukan hanya dikenal di Indonesia, tapi juga di dunia sebagai provinsi yang sangat establish dalam menata organisasi,” ungkapnya disambut tepuk tangan hadirin.
Profesionalisme dan Prestasi PGRI Jateng Jadi Sorotan Nasional
Prof. Unifah menegaskan bahwa PGRI Jawa Tengah telah menjadi tolok ukur organisasi profesi guru yang modern, profesional, dan inovatif. Ia menyebut Jawa Tengah sebagai provinsi yang "menunjukkan kelasnya" karena mampu mengelola organisasi dengan rapi dan penuh dedikasi.
“Jangan sampai lengah dan disalip provinsi lain,” tegasnya sembari menyebut bahwa Jawa Tengah sering menjadi perhatian pertama dalam evaluasi eksternal dari berbagai mitra internasional.
Tak hanya soal struktur organisasi, inovasi pelatihan dan pengembangan guru di Jawa Tengah juga menjadi sorotan. Prof. Unifah memberi apresiasi kepada tokoh-tokoh seperti Dr. Saptono Nugrohadi yang telah aktif menginisiasi pelatihan teknologi dan penguatan kapasitas guru.
Pemenuhan Guru: Titipan Serius dari PGRI
Dalam pidatonya, Prof. Unifah menyoroti isu kekurangan guru di Jawa Tengah. Ia bahkan menyampaikan langsung kepada Sekda dan Kepala Dinas Pendidikan yang hadir untuk mempercepat proses pengangkatan guru ASN, terutama formasi yang masih tersisa dari rekrutmen PPPK.
“Saya titip, Pak. Masih ada 2.900-an formasi yang belum terisi. Tolong diangkat semua. Salah satu kunci keberhasilan pendidikan adalah pemenuhan kebutuhan guru,” pintanya dengan nada tegas namun penuh harap.
Ia mengingatkan bahwa PGRI tidak hanya mengkritik, melainkan hadir dengan data dan solusi konkret. “Kami tidak teriak-teriak. Kami datang dengan data. Kekurangan guru adalah masalah besar yang harus diselesaikan bersama,” katanya.
PGRI Sebagai Mitra Strategis Pemerintah
Lebih jauh, Prof. Unifah menegaskan bahwa PGRI tidak berdiri sebagai oposisi, melainkan mitra strategis pemerintah. Ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk melihat potensi luar biasa yang dimiliki PGRI Provinsi Jawa Tengah, termasuk kesiapan kabupaten/kota dalam mendukung program nasional pendidikan.
“Pendidikan yang bermutu, adil, dan merata adalah komitmen nasional. PGRI siap mendukung, berkolaborasi, dan menjadi bagian dari solusi,” tuturnya.
Ia juga menyampaikan harapannya agar dalam pembahasan revisi RUU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), tunjangan profesi guru tetap dipertahankan. “Mau namanya apa saja, yang penting komitmen untuk menyejahterakan guru tidak boleh hilang,” katanya.
Menuju Konferensi Guru Asia Pasifik
Menjelang penutupan, Prof. Unifah mengingatkan bahwa tahun depan Indonesia—khususnya Jawa Tengah—akan menjadi tuan rumah Konferensi Guru Asia Pasifik yang akan diikuti 33 negara.
“Ini kesempatan emas. Kita akan menunjukkan bahwa PGRI tidak hanya bicara tentang kesejahteraan, tapi juga profesionalisme dan perlindungan hukum bagi guru,” jelasnya dengan optimistis.
Acara ditutup dengan yel-yel khas PGRI yang dipimpin langsung oleh Prof. Unifah: “Hidup Guru! Hidup PGRI! Hidup Solidaritas! Siapa Kita? Indonesia!” Sebuah pekik semangat yang menyatukan hati para pendidik dari seluruh penjuru Jawa Tengah dalam satu barisan perjuangan.
0 Komentar