Di zaman serba online ini, komunikasi bukan lagi perkara sekadar “bisa ngomong” atau “tahu cara nulis caption”. Yang lebih penting dan sering terabaikan adalah: “kita paham nggak sih makna di balik kata-kata itu?”
Itulah keresahan yang diangkat oleh Prof. Dr. Senowarsito, M.Pd., dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Universitas PGRI Semarang, Kamis, 17 April 2025. Dalam bagian awal pidatonya, beliau menyentil soal tantangan literasi komunikasi di era digital yang menurutnya makin kompleks dan mendesak untuk ditanggapi serius.
“Perkembangan teknologi informasi di era digital membawa tantangan baru dalam literasi komunikasi. Tantangan utamanya adalah melimpahnya informasi yang cepat berubah dan persaingan wacana di media sosial, di mana algoritma digital dapat mempengaruhi opini publik dan membentuk cara seseorang memahami sesuatu isu,” tegasnya.
🌀 Informasi Melimpah, Tapi Makna Terpecah
Coba buka Instagram atau TikTok kamu hari ini. Dalam satu jam scroll, bisa jadi kamu sudah:
Nonton video motivasi soal “healing itu penting”
Lihat komentar julid netizen bahas kasus publik figur
Dan di sela-selanya, muncul berita viral yang belum tentu jelas sumbernya
Contohnya baru-baru ini: video viral “jembatan siratal mustaqim” yang ramai di TikTok—dengan narasi jenaka, penuh simbol keislaman, tapi juga memunculkan perdebatan karena banyak yang nggak paham konteks candaan dan latar belakang sosialnya. Yang satu ngakak, yang lain malah tersinggung. Nah, di sinilah literasi komunikasi diuji.
Kalau kita nggak punya kemampuan berpikir kritis, mudah banget terjebak dalam kesimpulan yang salah. Apalagi di era “potong-potong video” dan “cuplikan tanpa konteks”.
“Diperlukan kemampuan berpikir kritis untuk memilah informasi yang valid dan tidak termanipulasi oleh bias atau misinformasi,” lanjut Prof. Seno.
🔎 Literasi Komunikasi: Soft Skill yang Bikin Kita Nggak Gampang Terseret Arus
Prof. Seno mengingatkan, di era digital seperti ini, kita harus lebih dari sekadar “pintar ngomong”. Kita juga harus paham makna, tahu konteks, dan bisa membaca suasana. Karena makna itu kadang nggak diucapkan secara langsung, tapi diselipkan di antara kata-kata, simbol, atau ekspresi wajah di video TikTok 30 detik itu.
Bagi guru dan dosen, ini jadi tantangan besar. Bagaimana mengajak siswa atau mahasiswa untuk nggak asal percaya apa yang mereka baca atau tonton? Bagaimana melatih mereka untuk nggak cuma menghafal definisi, tapi juga bisa menafsirkan dan menilai kebenaran informasi yang mereka temui setiap hari?
📌 Lebih Dalam dari Sekadar Viral
Literasi komunikasi adalah soft skill masa depan. Bukan cuma soal bisa public speaking, tapi tentang kesadaran memahami makna dan konteks. Di dunia yang penuh noise seperti sekarang, yang bisa “mendengar hal yang tidak dikatakan” justru akan lebih bijak dalam bersikap.
Yuk, mulai dari sekarang, belajar untuk nggak cuma bicara atau nulis, tapi juga memahami apa yang sebenarnya sedang dikomunikasikan. Karena seperti kata Prof. Seno:
“Komunikasi yang baik bukan hanya soal menyampaikan, tapi soal menggali makna.”
#LiterasiKomunikasi #DigitalSmart #PikirDuluBaruShare #ProfSeno #PengukuhanGuruBesar #UPGRIS #EraDigital #CerdasBerkomunikasi 📱💬✨
0 Komentar