Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mendidik untuk Bumi: Integrasi Kearifan Lokal dalam Pendidikan Perubahan Iklim di Sekolah

 

Jakarta, 2 Desember 2024. Dalam konferensi internasional "International Conference on Digital Education and Social Science (ICDESS) 2024", Dr. Saptono Nugrohadi dari SMA Negeri 3 Salatiga memukau peserta dengan pendekatannya yang inovatif dalam pendidikan perubahan iklim. Dengan tema “Empowering Students Through Real Actions and Local Wisdom: Integrating Climate Change Education for Sustainability”, ia menunjukkan bagaimana pendidikan berbasis aksi nyata dan kearifan lokal dapat memberikan dampak besar bagi siswa dan lingkungan. 

Mengintegrasikan Kearifan Lokal

Dalam presentasinya, Dr. Saptono menekankan pentingnya memanfaatkan kearifan lokal sebagai elemen utama pendidikan perubahan iklim. Salah satu program unggulannya adalah ecoprint, yaitu teknik menggunakan daun-daun lokal untuk menciptakan pola pada kain. 

“Ecoprint bukan hanya kegiatan kreatif, tetapi juga langkah nyata untuk menanamkan kesadaran lingkungan pada siswa,” ujar Dr. Saptono. 

Selain itu, sekolah juga mengolah sampah organik menjadi kompos, yang tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi juga melatih siswa dalam kewirausahaan. Kompos ini kemudian dijual, memberikan pengalaman praktis kepada siswa tentang bagaimana memanfaatkan limbah menjadi produk yang bernilai ekonomi. 

Refleksi dan Keberlanjutan Program 

Dr. Saptono menggarisbawahi pentingnya refleksi dalam setiap program pendidikan. 

“Refleksi adalah cara kita mengukur dampak pembelajaran terhadap kesadaran siswa. Apakah mereka menjadi lebih peduli terhadap lingkungan setelah mengikuti program ini?” katanya. 

Ia juga menyebutkan pentingnya kolaborasi antar-guru dan pendekatan interdisipliner dalam pendidikan perubahan iklim. “Ini bukan hanya tanggung jawab guru IPA, tetapi semua guru harus terlibat,” tambahnya. Tantangan dan Solusi untuk Keberlanjutan Salah satu tantangan terbesar dalam pendidikan perubahan iklim adalah menjaga keberlanjutan program. Untuk mengatasinya, Dr. Saptono merekomendasikan pelibatan siswa secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan program. 

“Ketika siswa merasa terlibat, mereka akan merasa memiliki program tersebut, sehingga motivasi mereka untuk melanjutkan program akan lebih tinggi,” ujarnya. Ia juga memberikan tips praktis seperti membuat kotak saran untuk siswa dan guru agar semua ide dan masukan dapat dikumpulkan dan dibahas secara rutin, terutama dalam evaluasi akhir tahun. 

Menciptakan Dampak Besar dari Langkah Kecil 

Dalam sesinya, Dr. Saptono berbagi kisah sukses program P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) di sekolahnya. Salah satu proyek yang dilakukan adalah penanaman ulang tanaman di sekitar sekolah. “Kami memanfaatkan limbah daun untuk kompos, dan ini menjadi bagian dari kegiatan kewirausahaan siswa,” jelasnya. 

Ia juga mendorong penggunaan teknologi digital untuk memasarkan produk-produk hasil kegiatan siswa, seperti kompos dan hasil ecoprint. “Digitalisasi memberikan peluang lebih luas bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan kewirausahaan mereka,” katanya. 

Pesan Inspiratif untuk Guru Lain 

Di akhir presentasi, Dr. Saptono mengingatkan para pendidik bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil. “Jika satu sekolah bisa melakukan program seperti ini, bayangkan jika setiap sekolah di kabupaten, provinsi, atau bahkan nasional mengadopsi pendekatan yang sama. Dampaknya akan sangat besar,” tegasnya. 

Sesi Interaktif yang Menginspirasi 

Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta dari Depok, Mariati Kumalasari, berbagi tantangannya dalam menjalankan program berwawasan lingkungan di sekolah yang dekat dengan tempat pembuangan sampah. Ia meminta tips agar program tersebut bisa konsisten dan berdampak. 

Dr. Saptono menekankan pentingnya membangun komitmen bersama di antara guru dan siswa. “Pastikan semua pihak merasa terlibat, dari perencanaan hingga pelaksanaan. Ini bukan hanya tugas individu, tetapi tanggung jawab bersama,” jawabnya. 

Kesimpulan 

Konferensi ini memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana pendidikan dapat menjadi alat transformasi sosial, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Dengan memanfaatkan kearifan lokal dan pendekatan berbasis aksi nyata, SMA Negeri 3 Salatiga memberikan inspirasi nyata tentang bagaimana sekolah dapat berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih baik. #ClimateEducation #LocalWisdom #SustainableFuture #GreenSchool

Posting Komentar

0 Komentar