Bullying adalah salah satu permasalahan mendasar yang terus menghantui dunia pendidikan. Meskipun telah banyak upaya dilakukan, kejadian bullying di sekolah masih sering ditemukan. Apakah ini tanda bahwa sistem pendidikan kita belum berhasil menciptakan lingkungan yang benar-benar aman dan nyaman untuk belajar?
Prof. Unifah Rosidi, M.Pd., Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI), dengan tegas menyatakan bahwa bullying di lingkungan pendidikan harus dihentikan. Dalam pernyataannya, beliau menekankan pentingnya rasa saling menghormati di antara siswa dan guru untuk membangun lingkungan belajar yang inklusif dan kondusif. Namun, bagaimana kita bisa mewujudkannya?
Pentingnya Program Anti-Bullying Berbasis Riset
Mengatasi bullying tidak bisa dilakukan dengan langkah sporadis. Sebaliknya, kita membutuhkan pendekatan yang terencana dan berbasis bukti. Program anti-bullying berbasis riset adalah salah satu solusi yang dapat menjawab tantangan ini. Program ini tidak hanya melibatkan siswa, tetapi juga guru, orang tua, dan seluruh elemen masyarakat sekolah.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sekolah yang menerapkan program anti-bullying berbasis riset berhasil menurunkan angka kejadian bullying hingga 50%. Program ini melibatkan pemahaman mendalam tentang pola perilaku bullying, pelatihan untuk mendeteksi tanda-tanda awal, serta intervensi yang efektif. Selain itu, program ini juga menanamkan nilai-nilai empati dan toleransi yang menjadi kunci pencegahan jangka panjang.
Mengubah Budaya Sekolah
Prof. Unifah menyoroti pentingnya perubahan budaya di sekolah. “Budaya saling menghormati harus ditanamkan sejak awal. Guru dan siswa harus bekerja sama untuk menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi semua pihak,” tegasnya. Hal ini dapat dimulai dengan membangun komunikasi yang lebih baik antara guru dan siswa, serta menciptakan forum diskusi untuk mendengarkan suara siswa.
Peran Guru dan Orang Tua
Guru memegang peranan penting dalam mengidentifikasi dan mencegah bullying. Mereka harus dibekali pelatihan untuk memahami dinamika sosial siswa di kelas. Sementara itu, orang tua juga perlu diajak untuk berkolaborasi. Mereka dapat berperan dalam membangun pola asuh yang mendukung rasa percaya diri anak, sehingga anak lebih mampu menghadapi tekanan sosial.
Saatnya Bertindak
Bullying adalah masalah kompleks yang membutuhkan solusi komprehensif. Program anti-bullying berbasis riset memberikan harapan baru dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif. Namun, keberhasilan program ini membutuhkan dukungan penuh dari semua pihak, termasuk guru, siswa, orang tua, dan pemangku kepentingan lainnya.
Sebagai penutup, Prof. Unifah Rosidi, M.Pd., mengingatkan, “Pendidikan bukan hanya tentang nilai akademik, tetapi juga tentang membentuk karakter. Jika kita ingin menciptakan generasi yang saling menghormati, kita harus berani melawan segala bentuk bullying dari sekarang.”
Mari kita jadikan sekolah sebagai tempat yang tidak hanya mendidik, tetapi juga melindungi setiap anak untuk berkembang menjadi pribadi yang terbaik.
0 Komentar