SEMARANG - Kota Semarang, Jawa Tengah, dikenal sebagai kota yang kaya akan budaya. Selain budaya pribumi, budaya Cina dan Arab juga sangat kental di kota ini. Hal ini terlihat dari banyaknya bangunan kuno dan juga perayaan-perayaan tradisional yang masih diadakan hingga saat ini. Salah satu perayaan yang sudah menjadi tradisi di Kota Semarang adalah Dugderan, sebuah kegiatan yang dilakukan sebelum memasuki bulan Ramadan.
Dalam acara Bincang Ramadhan Bareng yang diadakan pada Kamis (6/6), Drs. Erwan Rahmad, M.Pd., Wakil Ketua PGRI Kota Semarang, menjelaskan bahwa Dugderan dilakukan sebagai bentuk penghormatan antara satu golongan dengan golongan lainnya. Pada masa lalu, kegiatan ini dimulai di Masjid Kauman, tetapi sekarang sudah menjadi sebuah acara besar yang diadakan di Alun-alun Semarang.
Salah satu ikon dari Dugderan adalah Warak Ngendog, sebuah binatang imajiner yang memiliki tubuh seperti kambing dan kepala seperti naga. Warak Ngendog merupakan perpaduan atau alkulturasi antara budaya Cina dan budaya pribumi.
"Konsep ngendok dalam bahasa Jawa artinya "bertelur", sehingga Warak Ngendog diartikan sebagai simbol dari hasil kerja keras dan kreativitas warga Kota Semarang dalam menciptakan sesuatu yang nyata dan bermanfaat," terang Erwan Rahmad.
Menurut Drs. Erwan Rahmad, Warak Ngendog juga merupakan simbol dari kesatuan dan kerukunan antar etnis dan agama di Kota Semarang. Warga Semarang yang beragam agama dan etnis selalu saling membantu dan menghormati satu sama lain, sehingga kehidupan di kota ini sangat damai dan kondusif. Hal ini terlihat dari banyaknya kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat di Kota Semarang, baik yang beragama Islam, Kristen, maupun Katolik.
Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan, Kota Semarang juga menggelar berbagai kegiatan untuk membantu masyarakat yang sedang berpuasa, seperti memberikan bantuan makanan sahur dan berbuka puasa. Pemerintah Kota Semarang juga berupaya untuk menekan inflasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program Urban Farming yang sangat populer di kota ini.
Secara keseluruhan, Kota Semarang merupakan kota yang sangat ramah terhadap semua etnis dan agama. Dalam berbagai kegiatan dan perayaan, semua golongan selalu bergerak bersama demi menciptakan kesatuan dan kerukunan di kota ini. Hal ini merupakan salah satu khas dari kehidupan di Kota Semarang yang membuat kota ini semakin maju dan berkembang.
Dr. Saptono Nugrohadi, M.Pd., M.Si., selaku ketua panitia bincang Ramadhan bareng PGRI Jawa Tengah menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah upaya untuk memeriahkan bulan Ramadhan melalui talkshow yang berisi kegiatan berbagi, tradisi agama seperti khotmil Quran, Tarawih, Qiyamul Lail, dan Istighosah, serta memperkenalkan kuliner khas bulan Ramadhan dan tempat wisata di Jawa Tengah. @Sapt
#Ramadhan #PGRIJawaTengah #AlkulturasiBudaya #KerukunanHidup #Semarang
0 Komentar