TEGAL - Masyarakat Tegal masih mempertahankan tradisi padusan pertama menjelang bulan puasa. Mereka mencari air sumber atau air sungai yang bersih untuk membersihkan diri sebelum menyambut bulan suci Ramadan. Selain itu, tradisi unggah-unggahan juga masih dilakukan dari yang muda ke yang tua sebagai bentuk saling memberi makanan, jajanan, dan sebagainya.
"Kalau melaksanakan dengan baik, jadi ini adalah saling memberi atau mengirim bisa makanan, jajanan, dan sebagainya tetapi tradisinya adalah dari yang muda ke yang tua," ujar Kadarisman, S.Pd., M.Pd. Ketua PGRI Kota Tegal, dalam Bincang Ramadhan Bareng PGRI, Senin (27/3/2023).
Baca juga : Bincang Ramadhan Bareng PGRI Jawa Tengah
Padusan pertama dilakukan sekitar satu minggu sebelum Ramadhan. Namun, tradisi ini mulai jarang dilakukan, terutama di daerah-daerah pegunungan.
"Pegunungan yang masih banyak itu mungkin masih ada," kata Kadarisman.
Sementara itu, unggah-unggahan masih dilakukan hingga saat ini. Kadarisman menambahkan bahwa tradisi ini awalnya menggunakan besek yang berisi nasi, kura-kurapan, gerak, dan telur. Namun, sekarang sudah berubah menjadi praktis dengan menggunakan nasi kotak atau nasi box.
"Maknanya naik derajat gitu ya, mengirim saling mengirimkan yang mudah ke yang sepuh," ujar Kadarisman.
Tegal sendiri merupakan kota di Pulau Jawa yang memiliki banyak persamaan dengan daerah lain di pulau tersebut. Namun, ada tradisi khusus seperti padusan pertama dan unggah-unggahan yang tidak ditemukan di daerah lain.
Dr. Saptono Nugrohadi, M.Pd., M.Si., selaku ketua panitia bincang Ramadhan bareng PGRI Jawa Tengah menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah upaya untuk memeriahkan bulan Ramadhan melalui talkshow yang berisi kegiatan berbagi, tradisi agama seperti khotmil Quran, Tarawih, Qiyamul Lail, dan Istighosah, serta memperkenalkan kuliner khas bulan Ramadhan dan tempat wisata di Jawa Tengah. @Sapt
#PGRITegal #Ramadan #TradisiPadusanPertama #TradisiUnggahUngahan #PulauJawa
0 Komentar