Semarang, 25 November 2024 – Dalam rangka peringatan Hari Guru Nasional dan HUT ke-79 PGRI, Prof. Dr. Dwi Yuwono Puji Sugiharto, M.Pd.Kons, menyampaikan pandangannya dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan di Gedung Pusat Universitas PGRI Semarang. Acara ini dihadiri oleh akademisi, guru besar, dan pakar pendidikan yang sepakat akan urgensi pendidikan karakter sebagai pilar utama pengembangan sumber daya manusia berkualitas.
Dalam pemaparannya, Prof. DYP menegaskan bahwa pendidikan karakter bukan sekadar pelengkap, melainkan inti dari sistem pendidikan.
"Pendidikan karakter adalah pembentukan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak mulia," ujarnya.
Ia merujuk pada filosofi Ki Hajar Dewantara yang menekankan pentingnya trilogi pendidikan: ing ngarso sung tulodo (memberi teladan), ing madyo mangun karso (membangun semangat), dan tut wuri handayani (memberikan dorongan dari belakang).
Namun, ia menyayangkan bahwa prinsip ini sering dikhianati dalam praktik pendidikan.
"Filosofi pendidikan kita, yang seharusnya menjadi pondasi, tergeser oleh pendekatan pragmatis yang hanya fokus pada hasil akademik," tambahnya.
Contoh nyata dari ketimpangan ini adalah minimnya perhatian terhadap keteladanan guru di tengah masyarakat yang semakin individualistis.
Pengkhianatan Terhadap Filosofi Pendidikan
Menurut Prof. DYP, dua pengkhianatan besar terhadap filosofi pendidikan adalah lemahnya keteladanan dan kurangnya sinergi antara tiga pusat pendidikan: keluarga, sekolah, dan masyarakat.
"Pendidikan karakter tidak akan berhasil jika hanya menjadi tugas sekolah. Orang tua dan masyarakat juga harus aktif menjadi pendidik," katanya.
Ia menyoroti pentingnya revitalisasi ekosistem pendidikan melalui pelibatan semua pihak. Keteladanan dari guru, kepala sekolah, hingga orang tua adalah kunci untuk membangun generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berintegritas.
"Seorang guru yang berkarakter akan menjadi teladan, dan teladan adalah inti dari pendidikan karakter," tegasnya.
Solusi: Mengembalikan Esensi Pendidikan
Prof. DYP mengusulkan beberapa langkah strategis untuk memperkuat pendidikan karakter di Indonesia:
Revitalisasi Keteladanan
Lambang pendidikan nasional sebaiknya tidak hanya menonjolkan tut wuri handayani, tetapi juga menghidupkan kembali semangat ing ngarso sung tulodo dan ing madyo mangun karso. Ketiga elemen ini harus berjalan beriringan.
Pelatihan Berbasis Karakter untuk Guru
Guru mata pelajaran perlu dilatih tentang prinsip-prinsip bimbingan dan konseling untuk mendukung pembentukan karakter siswa.
Sinergi Tripusat Pendidikan
Keluarga, sekolah, dan masyarakat harus berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuhnya karakter positif.
Pemimpin yang Berkarakter
Kepala sekolah dan komite sekolah harus menjadi teladan dalam setiap kebijakan yang diambil, mencerminkan nilai-nilai karakter yang ingin ditanamkan kepada siswa.
Pendidikan Karakter adalah Jawaban
"Pendidikan karakter adalah solusi untuk segala persoalan pendidikan kita," ujar Prof. DYP menutup paparannya. Dengan pendidikan karakter yang kokoh, ia percaya bahwa bangsa ini akan menjadi lebih bermartabat dan tangguh dalam menghadapi tantangan zaman.
Acara FGD ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa pendidikan tidak hanya soal transfer ilmu, tetapi juga pembentukan jiwa. Di tangan para pendidik yang berkomitmen terhadap karakter, Indonesia akan melahirkan generasi emas yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berintegritas.
Hidup Guru! Hidup PGRI! Solidaritas Yes!
0 Komentar